About Me
- Ivant Verghiawan B'We
- Jatibarang, Indramayu - Jawa Barat, Indonesia
- Biasa_biasa aja. Pendiam, baik hati and gak sombong lahh,...!!
Single Dan Single Hits IWAN FALS Yang Dibawakan Penyanyi Lain.
01.Serenade (bersama Ritta Rubby) (1984)
02.Kemesraan (bersama artis Musica) (1988)
03.Percayalah Kasih (bersama Jockie Surjoprajogo dan Vina Panduwinata)
04.Terminal (bersama Franky S.) (1994)
05.Mata Hati (bersama Ian Antono) (1995)
06.Orang Pinggiran (bersama Franky S.) (1995)
07.Katakan Kita Rasakan (bersama artis Musica)
08.Di Bawah Tiang Bendera (bersama artis Musica) (1996)
09.Haruskah Pergi (bersama Indra Lesmana dan Import Musik) (2006)
10.Selancar (bersama Indra Lesmana dan Import Musik) (2006)
11.Tanam Tanam Siram Siram (Kampanye Indonesia Menanam) (2006)
12.Marilah Kemari (Tribute to Titiek Puspa) (2006)
13.Aku Milikmu (Original Soundtrack Lovers / Kekasih) (2008)
SINGLE HITS YANG DIBAWAKAN PENYANYI LAIN.
01.Maaf (dibawakan oleh Ritta Rubby) (1986)
02.Belailah (dibawakan oleh Ritta Rubby) (1986)
03.Trauma (dibawakan oleh God Bless) (1988)
04.Damai Yang Hilang (dibawakan oleh God Bless) (1988)
05.Orang Dalam Kaca (dibawakan oleh God Bless) (1988)
06.Pak Tua (dibawakan oleh grup band Elpamas) (1991)
07.Oh (dibawakan oleh Fajar Budiman) (1994)
08.Nyanyian laut ( dibawakan Nicky Astria )
09.Menangis (dibawakan oleh Franky S.)
10.Bunga Kehidupan (dibawakan oleh artis Musica)
Penghargaan IWAN FALS..
01.Juara harapan Lomba Musik Humor (1979).
02.Juara I Festival Musik Country (1980).
03.Gold record, lagu Oemar Bakri, PT. Musica Studio's.
04.Silver record, penyanyi & pencipta lagu Ethiopia, PT. Musica Studio's.
05.Penghargaan prestasi artis HDX 1987 - 1988, pencipta lagu Buku Ini Aku Pinjam.
06.Penyanyi Pujaan, BASF, (1989).
07.The best selling, album Mata Dewa, BASF, 1988 - 1989.
08.Penyanyi rekaman pria terbaik, album Anak Wayang, BASF Award XI, 18 April 1996.
09.Penyanyi solo terbaik Country/Balada, Anugrah Musik Indonesia - 1999.
10.Presents This Certificate To Iwan Fals In Recognition Of The Contribution To Cultural Exchange Between Korea and Indonesia, 25 September 1999.
11.Penyanyi solo terbaik Country/Balada AMI Sharp Award (2000).
12.Video klip terbaik lagu Entah, Video Musik Indonesia periode VIII - 2000/2001.
13.Triple Platinum Award, Album Best Of The Best Iwan Fals, PT. Musica Studio's - Juni 2002.
14.6th AMI Sharp Award, album terbaik Country/Balada.
15.6th AMI Sharp Award, artis solo/duo/grup terbaik Country/Balada.
16.Pemenang video klip terbaik edisi - Juli 2002, lagu Kupu-Kupu Hitam Putih, Video Musik Indonesia, periode I- 2002/2003.
17.Penghargaan album In Collaboration with, angka penjualan diatas 150.000 unit, PT. Musica Studio's - Juni 2003.
18.Triple Platinum Award, album In Collaboration with, angka penjualan diatas 450.000 unit, PT. Musica Studio's - November 2003.
19.7th AMI Award 2003, Legend Awards.
20.7th AMI Award 2003, Penyanyi Solo Pria Pop Terbaik.
21.Penghargaan MTV Indonesia 2003, Most Favourite Male.
22.SCTV Music Award 2004, album Ngetop! (pop) In Collaboration with.
23.SCTV Music Award 2004, Penyanyi Pop Ngetop.
24.Anugrah Planet Muzik 2004.
25.Generasi Biang Extra Joss - 2004.
26.8th AMI Samsung Award, Karya Produksi Balada Terbaik.
27.SCTV Music Award 2005, album pop solo ngetop Iwan Fals In Love.
28.With The Compliment Of Metro TV.
29.Partisipasi dalam acara konser Salam Lebaran 2005, PT. Gudang Garam Indonesia.
30.Mendapatkan Talk Less Do More Award sebagai salah satu Class Music Heroes 2009.
31.Lagunya bersama {Swami} yang berjudul [Bongkar] menerima penghargaan 150 lagu terbaik sepanjang masa versi Majalah Rolling Stone peringkat 1.
32.Penghargaan Satyalancana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia (2010)
Koleksi Album IWAN FALS..
01.Canda Dalam Nada (1979)
02.Canda Dalam Ronda (1979)
03.Perjalanan (1979)
04.3 Bulan (1980)
05.Sarjana Muda (1981)
06.Opini (1982)
07.Sumbang (1983)
08.Barang Antik (1984)
09.Sugali (1984)
10.KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan) (1985)
11.Sore Tugu Pancoran (1985)
12.Aku Sayang Kamu (1986)
13.Ethiopia (1986)
14.Lancar (1987)
15.Wakil Rakyat (1988)
16.1910 (1988)
17.Mata Dewa (1989)
18.Antara Aku, Kau Dan Bekas Pacarmu (1989)
19.Swami I (1989)
20.Kantata Takwa (1990)
21.Cikal (1991)
22.Swami II (1991)
23.Belum Ada Judul (1992)
24.Hijau (1992)
25.Dalbo (1993)
26.Anak Wayang (1994)
27.Orang Gila (1994)
28.Lagu Pemanjat (bersama Trahlor) (1996)
29.Kantata Samsara (1998)
30.Best Of The Best (2000)
31.Suara Hati (2002)
32.In Collaboration with (2003)
33.Manusia Setengah Dewa (2004)
34.Iwan Fals in Love (2005)
35.50:50 (2007)
36.Untukmu Terkasih (2009) - mini album
37.Keseimbangan - Iwan Fals (2010)
Lagu-lagu IWAN FALS yang tidak beredar
01.Demokrasi Nasi (1978)
02.Semar Mendem (1978)
03.Pola Sederhana (Anak Cendana) (1978)
04.Mbak Tini (1978)
05.Siti Sang Bidadari (1978)
06.Kisah Sapi Malam (1978)
07.Mince Makelar (1978)
08Luka Lama (1984)
09.Anissa (1986)
10.Biarkan Indonesia Tanpa Koran (1986)
11.Oh Indonesia (1992)
12.Imelda Mardun (1992)
13.Maumere (1993)
14.Joned (1993)
15.Mesin Mesin Pembunuh (1994)
16.Suara Dari Jalanan (1996)
17.Demokrasi Otoriter (1996)
18.Pemandangan (1996)
19.Jambore Wisata (1996)
20.Aku Tak Punya Apa-Apa (1997)
21.Cerita Lama Tiananmen (1998)
22.Serdadu dan Kutil (1998)
23.15 Juta (1998)
24.Mencari Kata Kata (1998)
25.Malam Sunyi (1999)
26.Sketsa Setan Yang Bisu (2000)
27.Indonesiaku (2001)
28.Kemarau (2003)
29.Lagu Sedih (2003)
30.Kembali Ke Masa Lalu (2003)
31.Harapan Tak Boleh Mati (2004)
32.Saat Minggu Masih Pagi (2004)
33.Repot Nasi / Sami Mawon (2005)
34.Hari Raya Bumi (2007)
35.Hari Raya Bumi (2007)
36.Berita Cuaca (2008)
37.Paman Zam
38.Kapal Bau Pesing
39.Makna Hidup Ini
40.Selamat Tinggal Ramadhan
41.Nyatakan Saja
42.Berputar Putar
43.Air dan Batu
44.Lagu Pegangan
45.Semut Api dan Cacing Kecil
46.Kata-Kata
47.Pukul Dua Malam
48.Penjara
49.Belatung
50.Nyanyian Sopir
51.Bunga Kayu di Beranda
52.Aku Bergelora
53.Suara Dari Jalanan
Kehidupan Keluarga IWAN FALS.. The Big Family.
Iwan lahir dari Lies (ibu) dan mempunyai ayah Haryoso almarhum (kolonel Anumerta). Iwan menikahi Rosanna (Mbak Yos) dan mempunyai anak Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu Robbani.
Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trade mark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris kelompok Bunga dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya.
Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini, yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1981 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1981).
Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991. Sebelumnya Cikal juga pernah dibuatkan lagu dengan judul Anissa pada tahun 1986. Rencananya lagu ini dimasukkan dalam album Aku Sayang Kamu, namun dibatalkan. Lirik lagu ini cukup kritis sehingga perusahaan rekaman batal menyertakannya. Pada cover album Aku Sayang Kamu terutama cetakan awal, pada bagian penata musik masih tertulis kata Anissa.
Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktivitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok Jawa Barat. Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.
Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri dengan munculnya album Suara Hati yang di dalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang kematian Galang Rambu Anarki. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya.
Sejak meninggalnya Galang Rambu Anarki, warna dan gaya bermusik Iwan Fals terasa berbeda. Dia tidak segarang dan seliar dahulu. Lirik-lirik lagunya terkesan lebih dewasa dan puitis. Iwan Fals juga lebih banyak membawakan lagu-lagu bertema cinta baik karangannya sendiri maupun dari orang lain.
Pada tanggal 22 Januari 2003, Iwan Fals dianugrahi seorang anak lelaki yang diberi nama Rayya Rambu Robbani. Kelahiran putra ketiganya ini seakan menjadi pengganti almarhum Galang Rambu Anarki dan banyak memberi inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan Fals.
Di luar musik dan lirik, penampilan Iwan Fals juga berubah total. Saat putra pertamanya meninggal dunia Iwan Fals mencukur habis rambut panjangnya hingga gundul. Sekarang dia berpenampilan lebih bersahaja, rambut berpotongan rapi disisir juga kumis dan jenggot yang dihilangkan. Dari sisi pakaian, dia lebih sering menggunakan kemeja yang dimasukkan pada setiap kesempatan tampil di depan publik, sangat jauh berbeda dengan penampilannya dahulu yang lebih sering memakai kaus oblong bahkan bertelanjang dada dengan rambut panjang tidak teratur dan kumis tebal.
Peranan istrinya juga menjadi penting sejak putra pertamanya tiada. Rossana menjadi manajer pribadi Iwan Fals yang mengatur segala jadwal kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan Fals Manajemen (IFM), Fals lebih profesional dalam berkarier.
Ketika Galang lahir pada 1 Januari 1982 si bapak, yang perasaannya campur-aduk karena pertama kali merasakan diri jadi ayah—merasa harus bertanggung jawab, merasa mencintai, heran, bahagia, bangga punya keturunan dan sebagainya—menciptakan lagu berjudul Galang Rambu Anarki. Lagunya cukup terkenal dan masuk album Opini (1982).
Galang tumbuh jadi anak cerdas. Endi Aras sering main tembak-tembakan dengan Galang. Muhamad Ma’mun punya karakter rekaan yang sering diceritakannya pada Galang. Namanya “Gringgrong”—seorang jagoan “kayak Tarzan” yang bisa mengalahkan harimau, naik kuda, dan mengalahkan musuh. Tiap kali Ma’mun datang menginap, cerita Gringgong ditagih Galang. Di Condet hanya ada dua kamar, “Kalau saya nginep, Galang tidur sama bapaknya,” kata Ma’mun.
Ketika beranjak remaja, Ma’mun melihat Galang badannya bagus, berbentuk. Galang bukan tipe anak hura-hura. Kalau minta uang paling buat bayar taksi pergi ke sekolah. “Untuk beli-beli dia nggak punya uang,” kata Iwan. Galang juga besar tekadnya. Suatu saat Galang, yang belum bisa menyetir mobil dan tak punya surat izin mengemudi, ingin bisa mengendarai mobil. Solusinya? Galang mengendarai mobil sekaligus dari Jakarta ke Pulau Bali!
Tapi kekerasan Galang suatu hari membuat Iwan angkat tangan. Dia datang ke Ma’mun, “Mas gimana nih, Galang nggak mau sekolah lagi?” “Terus maunya apa?” “Embuh, main musik atau buka bengkel.”
Galang memutuskan keluar dari SMP Pembangunan Jaya di Bintaro, yang terletak dekat rumah dan termasuk salah satu sekolah mahal di Jakarta. Iwan sering pindah rumah dan waktu itu tinggal di Bintaro. Hingga Leuwinanggung ia sudah pindah rumah 12 kali. Usia Galang 14 tahun dan sedang memproduksi rekamannya yang pertama bersama kelompok Bunga. Iwan tak bisa berbuat banyak dan membiarkan Galang putus sekolah.
Galang pernah juga kabur meninggalkan rumah. Dalam pelarian, menurut Iwan, Galang melihat poster dan foto papanya di mana-mana. “Dia merasa diawasi,” kata Iwan. Galang merasa tak bisa lari dan kembali ke rumah. Suatu saat Iwan curiga. Iwan bertanya, “Lang, lu pakai ya?” “Mau apa tahu Pa?” kata Galang, ditirukan Iwan.
Iwan menganggap dirinya sudah insyaf. Kok Galang yang memakai? Iwan merasa Galang meniru papanya. Mula-mula rokok lalu obat. Endi Aras mengatakan Iwan agak teledor kalau menyimpan ganja atau merokok.
Galang menerangkan dia hanya mencoba. Rasanya pusing serta teler. “Ya udah, kalau sudah tahu ya udah,” kata Iwan. Kebetulan Galang punya pacar, seorang cewek gaul bernama Inne Febrianti, yang juga keberatan Galang memakai obat-obatan. Inne mendorong Galang tak memakai obat-obatan. “Dia bukan pemakai. Dia sangat cinta pada keluarganya. Kontrol diri sangat kuat,” kata Iwan.
Kamis malam 24 April 1997 sekitar pukul 11:00 malam Galang pulang ke rumah, setelah latihan main band. Dia makan lalu pamit pada papanya mau tidur.
Mamanya lagi tak enak badan. Iwan masih mendengar Galang telepon-teleponan. Subuh sekitar 4:30 Kelly Bayu Saputra, sepupu Galang yang tinggal di sana, mau mengambil sisir di kamar Galang. Kelly memanggil Galang tapi tak bangun. Kelly mendekati Galang dan menggoyang-goyangkan badannya. Lemas. Kelly kaget. Dia mengetuk kamar Yos. Yos bangun dan menemukan Galang badannya dingin. “Saya turun ke bawah, panggil Iwan,” kata Yos.
Keluarga heboh. Iwan terpukul sekali. Pagi itu saudara-saudaranya datang. Mereka menghubungi semua kerabat dan teman. Leo Listianto, adik Iwan, menelepon Ma’mun di Karawaci. “Saya masih tidur, antara percaya, tidak percaya,” kata Ma’mun. Sepuluh menit kemudian, Ma’mun ditelepon Dyah Retno Wulan, adiknya Leo, biasa dipanggil Lala, juga memberitahu Galang meninggal. “Saya bengong,” kata Ma’mun. Dia segera menuju Bintaro.
Fidiana menerima telepon dari Ari Ayunir. Fidiana membangunkan Iwang Noorsaid, suaminya, “Wang, ini ada berita duka … Galang meninggal.” Mereka agak tak percaya karena beberapa hari sebelumnya pasangan ini bertamu ke Bintaro dan melihat Galang mondar-mandir. Mereka mencoba telepon ke Bintaro tapi nada sibuk. Mereka menelepon Herri Buchaeri, Endi Aras, dan beberapa rekan lain sebelum naik mobil ke Bintaro.
Endi Aras mengatakan, “Pagi-pagi aku dapat kabar. Iwang Noorsaid yang telepon.” Endi sampai di Bintaro sekitar pukul 5:30. “Aku ikut memandikan (jasad Galang),” kata Endi. Ketika Iwan memandikan jasad anaknya, dia berujar berkali-kali, “Galang, kamu sudah selesai, Papa yang belum ... Lang, kamu sudah selesai, Papa yang belum ..…” Kalimat itu diucapkan Iwan berkali-kali. Ma’mun dirangkul Iwan. “Jagain Mas, jagain anak-anak Mas,” kata Iwan, seakan-akan hendak mengatakan ia sendiri kurang menjaga anaknya dengan baik.
“Yos histeris, menangis ketika saya peluk. ‘Aduh, anak saya sudah meninggal mendahului saya,’” kata Fidiana. Iwan tak banyak bicara, menunduk, menangis, dan hanya bilang “terima kasih” kepada tamu-tamu. “Kepada kita dia nggak ngomong sama sekali,” kata Fidiana.
Galang dimakamkan di mana? Ada usul pemakaman Tanah Kusir dekat Bintaro. Iwan emosional, ingin memakamkan Galang di rumahnya. Bagaimana aturannya? Iwan pun memutuskan menelepon kyai Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dari Nahdlatul Ulama. Saat itu Gus Dur belum jadi presiden Indonesia. Iwan menganggap Gus Dur “guru mengaji” yang terbuka, tempat orang bertanya. Gus Dur mengerti hukum Islam maupun hukum pemerintahan.
Gus Dur dalam telepon menjelaskan dalam aturan Islam diperbolehkan memakamkan jenazah di rumah. Pemakaman bergantung wasiat almarhum atau keinginan keluarga. Tapi di Jakarta tak bisa memakamkan orang di rumah sendiri karena keterbatasan lahan. “Di Jakarta nggak boleh … kalau Bogor boleh.”
Kata “Bogor” itu mengingatkan Iwan pada Leuwinanggung. Keluarga pun memutuskan Galang dimakamkan di Leuwinanggung.
Menurut Harun Zakaria, seorang tetangga Iwan di Leuwinanggung, yang juga menjaga kebun Iwan, dia dihubungi Lies Suudiyah, ibunda Iwan. “Bu Lies datang ke sini. Dia bilang, ‘Cucunda meninggal. Tolong di sini kuburannya,” kata Harun.
Jenazah disemayamkan dulu di masjid Bintaro. Sekitar 2.000 jamaah salat Jumat di masjid itu ikut menyembahyangkan Galang. Banyak seniman, tetangga, kenalan Iwan, dan Yos datang menyampaikan duka. Setiawan Djody, W.S. Rendra, Ayu Ayunir, Jalu, Totok Tewel, Jockie Suryoprayogo, juga tampak di sana. Spekulasi wartawan maupun pengunjung memunculkan gosip bahwa dada Galang kelihatan biru. Galang digosipkan overdosis. Ini merambat ke mana-mana karena tubuh Galang kurus ceking.
Orang sebenarnya tak tahu persis penyebab kematian Galang karena tak ada otopsi terhadap jenazahnya. Kawan-kawan Iwan memilih diam. Mereka merasa tak nyaman mengecek spekulasi overdosis kepada orangtua yang berduka. Kresnowati pernah diberitahu Yos bahwa penyebab kematian Galang penyakit asma. Fidiana mengatakan beberapa hari sebelum kematian, Yos mengatakan Galang lagi sakit-sakitan. Iwan mengatakan pada saya, fisik Galang “agak lemah” dan “Galang lemah di pencernaan.”
Biografi IWAN FALS..
Masa kecil Iwan Fals dihabiskan di Bandung, kemudian ikut saudaranya di Jeddah, Arab Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah ketika ia berusia 13 tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP, Iwan menjadi gitaris dalam paduan suara sekolah.
Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul, namun album tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen. Album ini sekarang menjadi buruan para kolektor serta fans fanatik Iwan Fals.
Setelah dapat juara di festival musik country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip dan diproduksi oleh ABC Records, tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri.
Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Ia kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Saat acara Manasuka Siaran Niaga disiarkan di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan.
Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal kariernya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan pada pemerintah. Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual bebas. Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau pada saat itu dia sendiri juga tidak tertarik untuk memasukkan lagu-lagu ini ke dalam album.[rujukan?]
Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat diputar di sebuah stasiun radio yang sekarang sudah tidak mengudara lagi. Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang kali harus berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas negara.[rujukan?] Beberapa konser musiknya pada tahun 80-an juga sempat disabotase dengan cara memadamkan aliran listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa hanya karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu.
Pada bulan April tahun 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru. Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan teror.[rujukan?] Hanya segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih menyimpan rekaman lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi koleksi yang sangat berharga.
Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karier Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang didukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.[rujukan?]
Setelah kontrak dengan SWAMI yang menghasilkan dua album (SWAMI dan SWAMI II) berakhir, dan di sela Kantata (yang menghasilkan Kantata Takwa dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih meluncurkan album-album solo maupun bersama kelompok seperti album Dalbo yang dikerjakan bersama sebagian mantan personil SWAMI.
Sejak meluncurnya album Suara Hati pada 2002, Iwan Fals telah memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap dan selalu menyertai dalam setiap pengerjaan album maupun konser. Menariknya, dalam seluruh alat musik yang digunakan baik oleh Iwan fals maupun bandnya pada setiap penampilan di depan publik tidak pernah terlihat merek maupun logo. Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan. Pada panggung yang menjadi dunianya, Iwan Fals tidak pernah mengizinkan ada logo atau tulisan sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk tertentu.[rujukan?]
[sunting] Keluarga
Iwan lahir dari Lies (ibu) dan mempunyai ayah Haryoso almarhum (kolonel Anumerta). Iwan menikahi Rosana (Mbak Yos) dan mempunyai anak Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Bassae, dan Raya Rambu Rabbani.
Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trademark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris kelompok Bunga dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya.
Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini, yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1982 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1982).
Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991. Sebelumnya Cikal juga pernah dibuatkan lagu dengan judul Anisa pada tahun 1986. Rencananya lagu ini dimasukkan dalam album Aku Sayang Kamu, namun dibatalkan. Lirik lagu ini cukup kritis sehingga perusahaan rekaman batal menyertakannya. Pada cover album Aku Sayang Kamu terutama cetakan awal, pada bagian penata musik masih tertulis kata Anissa.
Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktivitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok Jawa Barat. Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.
Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri dengan munculnya album Suara Hati yang didalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang kematian Galang Rambu Anarki. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya.
Sejak meninggalnya Galang Rambu Anarki, warna dan gaya bermusik Iwan Fals terasa berbeda. Dia tidak segarang dan seliar dahulu. Lirik-lirik lagunya terkesan lebih dewasa dan puitis.[rujukan?] Iwan Fals juga sempat membawakan lagu-lagu bertema cinta baik karangannya sendiri maupun dari orang lain.
Pada tanggal 22 Januari 2003, Iwan Fals dianugrahi seorang anak lelaki yang diberi nama Raya Rambu Rabbani. Kelahiran putra ketiganya ini seakan menjadi pengganti almarhum Galang Rambu Anarki dan banyak memberi inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan Fals.[rujukan?]
Di luar musik dan lirik, penampilan Iwan Fals juga berubah total. Saat putra pertamanya meninggal dunia Iwan Fals mencukur habis rambut panjangnya hingga gundul. Sekarang dia berpenampilan lebih bersahaja, rambut berpotongan rapi disisir juga kumis dan jenggot yang dihilangkan. Dari sisi pakaian, dia lebih sering menggunakan kemeja yang dimasukkan pada setiap kesempatan tampil di depan publik, sangat jauh berbeda dengan penampilannya dahulu yang lebih sering memakai kaus oblong bahkan bertelanjang dada dengan rambut panjang tidak teratur dan kumis tebal.
Peranan istrinya juga menjadi penting sejak putra pertamanya tiada. Rosana menjadi manajer pribadi Iwan Fals yang mengatur segala jadwal kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan Fals Manajemen (IFM), Fals lebih profesional dalam berkarier.
KISAH CINTA IWAN FALS DENGAN ROSSANA
IWAN bukan orang yang pandai bercerita, terutama mengenai peristiwa yang sudah puluhan tahun lalu terjadi. Meski sekelumit kisahnya masih melekat dalam pikiran, Iwan tak mampu mengurai secara detail cerita cintanya bersama Yos.“Soalnya sudah lama banget. Saya sudah lupa detail ceritanya,” kata Iwan, membuka perbincangan di rumahnya yang luas di Desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Menerawang ke masa lalu, ayah tiga anak itu coba mengulang memori pertemuan pertamanya dengan Yos di kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ), yang terjadi 27 tahun silam. Kala itu, Iwan sedang mengikuti Festival Musik Humor yang diselenggarakan mahasiswa IKJ. Ia tampil solo memainkan gitar dan harmonika. Sementara Yos, yang mahasiswi jurusan Seni Rupa di kampus tersebut, adalah salah seorang panitia festival.
“Saya masih ingat, waktu itu Yos pakai topi kayak Pak Tino Sidin. Dia kan anak Seni Rupa. Topinya juga banyak benderanya,” kenang Iwan, seraya tersenyum. Penampilan Yos yang trendi dan cenderung maskulin menggetarkan dawai hati Iwan. Iwan yang saat itu masih menyandang predikat siswa kelas tiga SMAN 26 Jakarta mengaku tertarik melihat sosok wanita kelahiran 1960 itu.
“Senang aja lihat dia kayak laki-laki. Ditambah lagi, sejak pertama bertemu, dia sudah memberi perhatian pada saya,” ujar Iwan tanpa bermaksud menyombongkan diri. Sementara itu, diam-diam Yos pun memerhatikan sosok pemuda yang telah tercuri hatinya oleh penampilannya yang maskulin. Belakangan Yos tahu, ketertarikannya itu lebih didasari oleh minatnya terhadap lagu-lagu Iwan.
Sejak dulu, Iwan dikenal sebagai musikus pengusung tembang-tembang country dan balada. Pada acara festival itu pula, lelaki kelahiran Jakarta, 3 September 1961 itu sempat memberi Yos sekeping kaset yang berisi demo suaranya. Baru tiga tahun kemudian, suara emas Iwan itu direkam dalam tiga album sekaligus, yakni Serenade Kembang Pete, Frustrasi, dan Sarjana Muda.
Walaupun gadis yang disukainya adalah seorang mahasiswi, Iwan tidak merasa minder. Benih-benih asmara yang mulai muncul, ia biarkan bersemi hingga tumbuh menjadi seuntai cinta.“Masalah cinta kan enggak ada batas usianya. Kita ketemu, terus dianya kelihatan memberi perhatian, saya langsung penalti saja; coba pacaran yuk! Ternyata bisa berjalan tiga tahun. Cuma, kalau ditanya detail proses pacarannya bagaimana, saya lupa. Sudah lama banget kan tuh,” kata Iwan, yang mengaku deg-degan jika harus menggenggam tangan Yos.
Masa pacaran tiga tahun berjalan bukan tanpa hambatan. Di antara waktu tersebut, Yos rupanya sempat kepincut pria lain. Iwan mengetahui hal itu. Namun, putra pasangan Haryoso dan Lies ini tak pernah menyurutkan cintanya pada Yos. Di sisi lain, Iwan juga tahu Yos masih menaruh minat padanya. Sampai akhirnya Iwan nekat melamar Yos yang kala itu sudah memiliki kekasih baru.
“Saya merasa terhormat ketika saya ajak dia menikah, dia mau, padahal kan Yos sudah punya pacar. Saya bilang: ‘aku cuma bisa ngamen nih. Enggak ada cara lain untuk hidup, berani enggak?’ Eh, dia bilang berani. Hal itulah yang kemudian saya jadikan amanat buat saya menjaga hubungan kami.”
Iwan mengingat jawaban ‘ya’ dari Yos sebagai hal paling indah dari masa mudanya. “Soalnya, pasti berat untuk Yos memutuskan satu di antara dua lelaki. Saya sih maju terus walaupun dia sudah punya pacar. Rezeki enggak ke mana. Semua kan tergantung Yos. Saya hanya mengungkapkan perasaan saya saja. Saya cinta dia, saya ungkapkan. Saya bilang, ‘gue seneng sama elo!’ Gitu aja,” cerita Iwan, yang tak ingat lagi tanggal pernikahannya.
Buat Iwan, Yos bisa dibilang cinta pertamanya. Di masa mudanya, Iwan hampir tak punya pengalaman pacaran dengan gadis lain selain istrinya sekarang. Maka itu, ketika ditanya alasan dia memilih Yos, lelaki yang gemar olahraga karate itu tak mampu menjawab.
“Saya enggak tahu kelebihan Yos dibanding perempuan lain. Saya kan enggak pernah tahu (perempuan) yang lain. Mungkin karena nafsu saya terpenuhi di Yos. Pikiran saya, perasaan saya, negatif-positif saya, semua terpenuhi di dia,” kata Iwan. Kini, Iwan dan Yos sudah melalui 25 tahun usia pernikahan mereka. Iwan mengaku, cintanya pada sang istri masih sama seperti ketika keduanya pacaran.
“Saya baru merasakan, ternyata kita ini hidup. Banyak keajaiban yang terjadi setiap hari. Saya sendiri takjub, kok bisa ya tahan 25 tahun di saat pasangan lain baru tiga tahun kimpoi, cerai. Saya bersyukur juga karena memang pernikahan ini indah. Kalau enggak indah, ngapain nikah.”
“Saya selalu bilang ke Yos, sekarang saya menyayangi kamu. Besok enggak tahu. Enggak berani janji dong saya. Eh, ternyata besok tuh sampai 25 tahun,” kata Iwan lagi.
Cinta Makin Kuat Setelah Cobaan Itu Datang
Pernikahan Iwan dan Yos berjalan mulus nyaris tanpa persoalan berarti. Kebutuhan keluarga tercukupi, anak-anak pun tumbuh sehat sejahtera. Sampai akhirnya musibah datang pada 1997.
TAHUN itu, Galang Rambu Anarki, putra sulung Iwan dan Yos, meninggal dunia. Langit seakan runtuh. Galang yang disebut-sebut sebagai pangeran penerus jejak sang ayah, sangat cepat diambil Tuhan. Saat mengembuskan napas terakhirnya, personel band Bunga itu baru berusia 15 tahun.
Tahun pertama kepergian Galang, kesedihan pun menggelayuti hati pasangan itu. Tak jarang, Galang datang menghiasi mimpi Yos. Bahkan, sampai Yos ngelindur. “Itulah cobaan paling berat dalam hidup kami. Untungnya saya selalu kembali lagi ke agama. Saya atasi kesedihan ini dengan lebih mendekatkan diri pada Tuhan,” kata Yos.
Jika rindu kepada Galang melanda, Yos hanya bisa menumpahkan air mata. “Iwan sih enggak ngomong atau menasihati apa pun pada saya. Karena kita berdua hobi baca, untuk menenteramkan hati, biasanya kita sama-sama baca buku saja. Kalau tiba-tiba saya tidur, ngelindur soal Galang, paling Iwan memeluk saya. Enggak ngomong apa-apa, karena kalau bicara kan kadang-kadang malah salah,” tutur Yos.
Tak lama setelah Galang meninggal, berturut-turut Iwan juga kehilangan ayah serta seorang saudaranya. Rasa kehilangan itu datang bertubi-tubi dan dirasakan sangat berat baginya. “Tapi, saya sadar, semua manusia pasti akan kehilangan orang yang mereka sayangi,” kata Iwan.
Tak ingin berduka terus-menerus, Iwan dan Yos melanjutkan kembali kehidupan mereka. Sampai akhirnya, Raya Rambu Rabbani lahir pada 2003, pada saat anak kedua mereka, Annisa Cikal Rambu Basae, berumur 18 tahun. Raya-lah yang kemudian menjadi pelipur lara Iwan dan Yos.
“Sejak enggak ada Galang, saya merasa lebih dekat dengan Iwan. Sangat berkesan. Sama berkesannya dengan kelahiran Raya. Saya merasa, kehadiran saya di dunia jadi lebih bermanfaat. Kalau tadinya hanya ngurusin Iwan terus, sekarang saya harus merawat Raya juga,” ujar Yos.
Cikal sekarang sudah besar, sudah kuliah. Sesekali dia suka pulang malam. Iwan suka senewen, padahal saya pasti bilang kepada dia kalau Cikal akan pulang telat ke rumah. Saya lihat Iwan makin bertanggung jawab sebagai suami, ayah, dan manusia,” lanjut Yos.
Perubahan kecil juga dirasakan Iwan sejak kepergian Galang. “Belakangan saya merasa lebih tegas. Namun, soal agama, Yos lebih kuat. Dia selalu siap memenuhi semua kewajibannya. Di sisi lain, saya juga berusaha memberi apa yang saya punya untuk dia,” Iwan menyambung ucapan sang istri. Seperempat abad hidup bersama membuat Yos semakin bisa memahami Iwan meskipun dulu dan sekarang Iwan tidak terlalu banyak berubah.
Iwan tetap Iwan yang saya kenal. Secara fisik dia berubah, tapi itu kan pasti dialami semua orang. Tambah umur, dia justru semakin matang dan sabar menghadapi persoalan apa pun. Musibah dalam keluarga selalu kami kembalikan pada nilai-nilai agama. Itu yang membuat kita yakin, yang terbaik adalah menghadapi semua persoalan,” tutur Yos.
Akhir-akhir ini kita malah sering punya persamaan feeling. Di awal pernikahan dulu, seringnya enggak nyambung, salah duga, beda tebakan. Sekarang mulai ada persamaan. Apalagi, setelah Galang pergi,” timpal Iwan. Tahun ini usia Iwan akan mencapai 44 tahun. Meski demikian, ketua umum organisasi massa Orang Indonesia (OI) itu masih merasa muda. Detik demi detik perubahan fisik manusia, ia nikmati sebagai sebuah keindahan.
“Justru saya semakin penasaran. Di usia segini, saya suka loyo. Nah, setelah fase loyo, apa lagi nih? Ternyata, perhatian Yos juga enggak berubah. Dia makin bisa bikin saya penasaran,” kata Iwan, tanpa memerinci hal-hal yang membuatnya penasaran itu. “Saya bergairah terus sama Yos. Mudah-mudahan dia juga begitu. Saya selalu merasa baru menikah walaupun sudah lama. Senang aja jadinya. Kayak pacaran terus,” kata Iwan lagi.
Meski berani mengungkapkan perasaannya pada Yos, namun dalam sikap, Iwan tidak seromantis tembang-tembang cintanya. Makan malam berdua di bawah temaran cahaya lilin, misalnya, tak pernah sekalipun mereka lakukan. Cinta di hati keduanya hanya terpupuk lewat perhatian serta kepercayaan yang tinggi terhadap pasangan.
Cinta kami tumbuh begitu saja sih. Alhamdulillahnya lagi, saya tidak mengalami persoalan ekonomi. Terkadang cinta kan juga butuh uang. Rumah tangga pun begitu. Rezeki kami ada saja, sehingga kami enggak bingung mencari kebutuhan sehari-hari,” tutur Iwan, yang menyerahkan semua urusan rumah tangganya kepada Yos.
Di samping persamaan, Yos dan Iwan juga memiliki perbedaan tabiat. Iwan yang terkesan temperamental dan meledak-ledak dalam membuat lirik lagu, ternyata cukup lembut pembawaannya. Bahkan tak jarang, ia bersikap manja pada sang istri. “Dulu kalau saya nyuapin Galang dan Cikal, dia enggak ketinggalan minta disuapin. Pokoknya, dia tuh termasuk suami yang selalu minta dilayani. Iwan juga lembut. Kalau kita lagi marahan, yang ngebanting pintu, istilahnya, itu saya. Iwan justru diam kalau lagi marah,” kata Yos.
Saling Menghormati jika Pasangan Cemburu
Hidup bersama seorang superstar seperti Iwan bukan hal mudah. Terlebih ketika fenomena groupies, kelompok penggemar fanatik, wanita kian menjamur. Kecemburuan Yos bertambah kala melihat fans wanita Iwan yang agresif.
IWAN pun sesungguhnya termasuk pria pencemburu. Ia tak berusaha menampik perasaan itu dengan berpura-pura cuek terhadap pasangan. Cemburu, bilang cemburu. Meski kemudian ia harus bertengkar hebat dengan istrinya. “Saya cemburuan, Yos juga cemburuan. Tapi, saya bisa menghormati kecemburuan dia. Ternyata asyik juga kok cemburu. Ada rasa deg-degan-nya, he, he, he …,” ujar Iwan.
Iwan bukan tak menyadari fans wanitanya banyak dan bahkan ada yang menuntut lebih darinya. Namun, sejauh ini ia mengaku masih bisa mengendalikan emosi. Sesekali pernah juga tebersit keinginan penyuka olahraga karate itu berpoligami. Sayang, Yos tidak mengizinkan.
Kadang-kadang terpikir juga sih. Apalagi kalau lihat perempuan cantik, muda, wah …. Kemarin saya baru bilang, Yos boleh enggak ngelirik-lirik perempuan? Ternyata enggak boleh sama dia,” kelakar Iwan. Ungkapan jujur Iwan untuk membagi hatinya dengan perempuan lain boleh jadi hanya sebuah canda sebab semakin hari, cintanya pada Yos justru dirasa kian bertambah. Iwan sadar, kecantikan wanita bukan segala-galanya.
“Kecantikan bukan dilihat dari fisik saja kok. Kalau ukurannya hanya itu, berapa banyak perempuan yang cantik? Kecantikan ternyata ada di balik kerutan, dari tulang yang mulai sakit, atau pada situasi menjelang menopause. Itu juga kan keajaiban dan harus disyukuri. Apa yang saya dapat dari Yos sudah lebih dari cukup,” kata musikus yang menghabiskan masa sekolahnya di Bandung, Jawa Barat.
Tak ada dalil khusus yang diterapkan Iwan, menjaga bunga cintanya pada sang istri tetap mekar sepanjang masa. Seperti lirik-lirik lagunya, Iwan lebih suka membiarkan semua mengalir bagai air, tanpa ada janji-janji yang muluk. “Tinggal bagaimana kita menyirami benih-benih yang sudah Tuhan kasih. Ini ladang kita, bisa enggak kita rawat? Rasa bosan pasti ada dan saya yakin Yos pun bosan sama saya. Tapi, kita terima saja kebosanan itu sebagai rahmat. Kalau mengutip ucapan Aa Gym, jadikan keluarga sebagai ladang amal kita,” kata Iwan bijak.
Di usianya yang semakin senja, Iwan justru terlihat semakin tampan. Penilaian ini banyak dikemukakan oleh para penggemarnya. Menanggapi hal tersebut, Yos hanya bisa mengucap syukur. Begitu pun ketika fans wanita Iwan berlaku sedikit mesra pada sang musikus.
“Dibilang terusik, pasti terusik. Tapi, enggak apa-apalah. Alhamdulillah saja karena berarti saya masih dikasih kesempatan bersama Iwan dan dia tidak tergoda,” ucap wanita berjilbab itu. Yos berharap, cobaan berupa orang ketiga yang berpotensi merusak rumah tangga mereka tidak akan terjadi. Untungnya lagi, Yos kini juga bertindak sebagai manajer Iwan. Jadi, ke mana pun sang suami pergi, Yos pasti ikut mendampingi.
“Dengan mendampingi dia dalam tim manajemen, saya jadi lebih mengerti. Kalau dulu kan saya di rumah, enggak ikut Iwan. Saya selalu punya pikiran sendiri, ‘wah lagi ngapain ya dia?’ Berhubung sekarang saya manajernya, ke mana pun Iwan pergi, saya ikut. Kalau ada fans perempuan melukin dia, saya bisa lihat dengan mata kepala sendiri. Saya lihat bagaimana reaksinya. Kalau Iwan kecentilan, pulangnya langsung saya labrak. Tapi, kalau Iwan dalam posisi enggak bisa menolak, saya tetap mengerti kok,” tutur Yos.
Yos percaya Iwan setia padanya. Begitu pun sebaliknya, sebab pasangan yang menikah di Garut, Jawa Barat, ini mengaku, sama-sama takut pada Tuhan. “Kita kan punya salat lima waktu. Pada saat zuhur, kita melakukan sesuatu yang tidak baik, ada kesempatan di waktu ashar untuk mengucap istighfar, dan memohon petunjuk bagaimana sebaiknya saya bersikap setelah ini,” kata Yos, yang mengaku sangat terbuka pada Iwan.
Di mata Yos, Iwan bukan suami yang mampu bersikap romantis, seperti cerita dalam film ataupun sinetron. Romantis versi Iwan lebih merujuk pada perhatian superekstra terhadap pasangan. “Buat saya, Iwan sangat romantis, tapi enggak seperti di buku atau film. Misalnya dia lagi melakukan tur musik. Di sela-sela jadwalnya, dia masih suka mengingatkan saya agar menjaga kesehatan. ‘Lo jangan sakit ya’. Untuk saya, itu romantis banget,” urai Yos.
Menyikapi masa puber kedua Iwan, Yos juga punya resep jitu. “Kuncinya, jangan tinggalkan salat. Kalau puber, pasti dia ngomongin perempuan lain dong. Kalau sudah begitu, saya hanya bisa menunjukkan kalau saya enggak suka. Tapi, enggak pakai ngomel-ngomel lo,” kata Yos, yang berusia satu tahun lebih tua dari suaminya.
Iwan kemudian menimpali ucapan sang istri dengan sebuah harapan yang tanpa diembel-embeli angan setinggi langit. “Mudah-mudahan keluarga kita tetap utuh. Ya…, enggak tahu juga sih. Cinta itu kan misteri. Kebetulan keyakinan saya Islam, di mana ruang-ruang untuk berpoligami itu terbuka cukup lebar. Tapi, kalau Yos enggak mengizinkan, kan enggak bisa,” katanya.
Album Kaset Rhoma Irama
Berikut ini adalah lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Rhoma Irama dengan iringan musik oleh Soneta Group.
Soneta Volume I - Begadang- 1973 (Yukawi)
1. Begadang (Rhoma Irama)
2. Sengaja (Elvie S.)
3. Sampai Pagi (Rhoma Irama/Elvie S.)
4. Tung Keripit (Rhoma Irama)
5. Cinta Pertama (Rhoma Irama)
6. Kampungan (Elvie S.)
7. Yale le (Rhoma Irama)
8. Tak Tega (Rhoma Irama)
9. Sedingin Salju (Elvie S.)
10. Sya la la (Rhoma Irama/Elvie S.)
Inilah debut album Soneta Group bersama Yukawi yang melejitkan hits Begadang. Dengan lirik dan beat yang sederhana lagu Begadang menghantarkan Soneta Group bersama Pak Haji dan Elvy Sukaesih ke gerbang kesuksesan. Konon sebetulnya yang dijagokan adalah lagu Tung Keripit yang dinilai memiliki nilai lebih dari segi aransemen musik dan beat lagu. Lagu Begadang sempat pula direkam dan diedarkan oleh Remaco dengan artis Favourites Group pimpinan A. Riyanto. Pada tahun 80-an, Group Jazz Karimata (kalau tidak salah) pernah merekam lagu Begadang secara instrumental.
Album Begadang merupakan kaset Indonesia pertama yang menyelipkan lirik lagu pada sampul/cover kasetnya.
Cover kaset menampilkan foto Pak Haji yang berambut gondrong dan Elvy Sukaesih berdiri di depan rumah dengan pakaian khas tahun 70-an.
Soneta Volume II -Penasaran- 1974 (Yukawi)
1. Penasaran (Rhoma Irama)
2. Kejam (Elvie S.)
3. Kelana 3 (Rhoma Irama)
4. Asam Garam (Rhoma Irama/Elvie S.)
5. Engkau (Elvie S.)
6. Kubawa (Elvie S.)
7. Gembala (Rhoma Irama)
8. Rujuk (Rhoma Irama/Elvie S.)
9. Teman (Rhoma Irama)
10. Satu Antara Dua (Elvie S.)
Album ini melahirkan hits Penasaran. Lagu Teman sekilas sangat mirip dengan lagu Holiday-nya Bee Gees.
Cover kaset gambar setengah badan yang diambil dari samping, Pak Haji bersedekap berhadapan dengan Elvy S. yang juga bersedekap saling berpandangan.
Soneta Volume III -Rupiah- 1975 (Yukawi)
1. Rupiah (Rhoma Irama)
2. Birahi (Elvie S.)
3. Beku (Rhoma Irama)
4. Rambate Rata Hayo (Rhoma Irama/Elvie S.)
5. Datang untuk Pergi (Elvie S.)
6. Dendam (Rhoma Irama)
7. Asal Sombong (Elvie S.)
8. Air Mata Darah (Rhoma Irama)
9. Hello-hello (Rhoma Irama/Elvie S.)
10.Mengapa Merana (Elvie S.)
Album ini dirilis menjelang keberangkatan Pak Haji ke tanah suci. Cover kasetnya keren. Pak Haji dan Elvy S. berdiri sejajar bertumpu pada instrumen musik dengan busana merah menyala dan rambut yang dibiarkan tergerai.
Album ini menjadi puncak perseteruan antara Remaco dan Yukawi yang saling mengklaim mempunyai hak kontrak atas Pak Haji, Elvy dan Soneta. Bahkan saling perang iklan/somasi yang dimuat pada majalah Tempo. Album ini juga merupakan album terakhir Elvy S. bergabung dengan Soneta dan selanjutnya bersolo karir di bawah Remaco, seteru Yukawi. Lagu-lagu dalam album ini malah direkam dan diedarkan oleh Remaco dengan penyanyi Nanang Qosim (Qori’) dan mengganti judul lagu Rupiah menjadi Uang, Birahi menjadi Nafsu dan Hello-hello menjadi Apa Kabar. Remaco mengaku telah membeli lagu tersebut dari pihak Pak Haji. Pak Haji yang saat itu sedang berada di karantina Haji sama sekali tidak mengetahuinya. Belakangan diketahui ada kerabat Pak Haji yang menjual lagu tersebut kepada Remaco.
Semua lagu ciptaan Pak Haji kecuali lagu Beku yang diciptakan bersama Yeyet (ada yang tahu siapa dan di mana Yeyet ini sekarang?)
Lagu terakhir (Mengapa Merana) sepertinya tidak dibuat dan diiringi oleh Soneta karena terasa sekali atmosfernya beda dengan atmosfer musik Soneta.
Soneta Volume IV -Darah Muda- (Yukawi)
1. Darah Muda (Rhoma Irama)
2. Apa Kabar (Rhoma Irama/Rita S.)
3. Kematian (Rhoma Irama)
4. Biduan (Rita S.)
5. Cuma Kamu (Rhoma Irama/Rita S.)
6. Awet Muda (Rhoma Irama)
7. Dilarang Melarang (Rita S.)
8. Pria Idaman (Rita S.)
9. Api dan Lautan (Rhoma Irama)
Album ini adalah debut pertama Rita Sugiarto bergabung bersama Soneta. Album ini merupakan kaset pertama yang memberikan hadiah kepada pembelinya berupa sebuah poster yang berukuran sangat besar yang bergambar Pak Haji yang sudah tidak gondrong lagi sepulang ibadah haji dan Rita S. yang sedang melambaikan tangan.
Soneta Volume V -Musik- (Yukawi)
1. Musik (Rhoma Irama)
2. Hitam (Rita S.)
3. Lapar (Rhoma Irama)
4. Joget (Rhoma Irama/Rita S.)
5. Masya Allah (Rhoma Irama)
6. Pasangan (Rita S.)
7. Kandungan (Rhoma Irama/Rita S.)
8. Nyanyian Setan (Rhoma Irama)
9. Kunang-kunang (Rita S.)
Album ini adalah album terakhir Herman (Bass) dan Kadir (gendang) bergabung dengan Soneta. Karena perbedaan prinsip keduanya mengundurkan diri usai sebuah pertunjukan tour show di Jawa Timur.
Herman dan Kadir kemudian membentuk OM. Sanita dengan penyanyi Teti Safari, kemudian sempat bergabung dalam OM. Mahkota bersama Elvy Sukaesih dan sempat pula bergabung dengan Tarantula-nya Camelia Malik dan Reynold Panggabean. Penampilan mereka bersama Tarantula bisa disaksikan pada film Colak-coleknya Camelia Malik.
Tahun 2003 Herman kembali bergabung menggantikan Alm. H. Popong yang saat itu sakit keras.
Cover kasetnya bergambar Pak Haji menyandang gitar dengan pakaian putih lengkap dengan sorbannya.
Soneta Volume VI -135.000.000- (Yukawi)
1. 135.000.000 (Rhoma Irama)
2. Ajojing (Rhoma Irama/Rita S.)
3. Cup-cup (Rita S.)
4. Any (Rhoma Irama)
5. Lidah (Rhoma Irama)
6. Cinta Segitiga (Rita S.)
7. Pemarah (Rhoma Irama)
8. Bunga Surga (Rhoma Irama/Rita S.)
9. Lukaku (Rita S.)
Posisi gendang pada album ini diisi oleh H. Afif, yang awalnya adalah musisi Rock Gafiyas dari Jawa Timur. Herman masih sempat mengisi bass untuk album ini.
Lagu 135.000.000 menjadi lagu favorit pilihan pemirsa yang diselenggarakan oleh Radio Puspen Hankam ABRI, sedangkan Rhoma Irama dan Rita S. meraih predikat penyanyi kesayangan pemirsa.
Lagu 135.000.000 adalah satu-satunya lagu di Indonesia yang judulnya berubah-ubah setiap tahun. Saya punya rekaman live Pak Haji menyanyikannya menjadi 165.000.000 pada pertunjukan Indonesia Musik Festival di Istora Senayan, menjadi 185.000.000 pada pertunjukan Semarak Dangdut di Ancol dan belakangan menjadi 200.000.000.
Cover album ini Pak Haji berjubah hitam mengadahkan tangan ke udara sambil menyandang gitar.
Soneta Volume VII -Santai- (Naviri)
1. Santai (Rhoma Irama/Rita S.)
2. Keramat (Rhoma Irama)
3. Teman Biasa (Rita S.)
4. Kekasih (Rhoma Irama)
5. Do Mi Sol (Rhoma Irama)
6. Bahasa Isyarat (Rita S.)
7. Banyak Jalan Menuju Roma (Rhoma Irama)
8. Bercanda (Rita Sugiarto)
Pak Haji pada saat perilisan album ini menyebutnya sebagai funky dangdut. Indra Lesmana sangat suka lagu Santai yang menurutnya pada Majalah Mutiara tahun 1985 sebagai fusion. Group Band GIGI pernah membawakan lagu ini pada show-nya di Amerika. Kolaborasi yang apik untuk lagu santai terjadi saat acara Joged RCTI yang menampilkan kolaborasi Soneta dan DKSB-nya (alm.) Harry Rusli yang menggandeng penyanyi jazz, Shania untuk duet bersama Pak Haji. Kehebohan terjadi karena Harry Rusli membawa perabot makan mulai dari piring, sendok sampai meja keatas panggung. Slank-pun pernah membawakan lagu ini pada pertunjukan Slank dan Soneta di Sidoarjo. Di tangan Slank, lagu Santai jadi makin nge-rock dan sangat asyik dinikmati.
Cover album ini bergambar Pak Haji sedang memainkan Sitar India lengkap dengan tumpukan gendang tabla-nya. Pada Album ini bass sudah mulai diisi oleh H. Popong, rekan H. Afif di Band Gafiyas.
Soneta Volume VIII -Hak Azazi- (Yukawi)
1. Hak Azazi (Rhoma Irama)
2. Cape (Rhoma Irama/Rita S.)
3. Buta (Rhoma Irama)
4. Mati Aku (Rita S.)
5. Ingkar (Rhoma Irama)
6. Percuma (Rita S.)
7. Kuraca (Rhoma Irama)
8. Ada Udang di Balik Batu (Rhoma Irama/Rita S.)
Menurut saya inilah awal revolusi dangdut ala Soneta. Raungan gitar Pak Haji mulai dominan pada album ini. Sound Gitarnya sudah sangat mirip Ritchie Blackmore. Saya paling suka permainan melody Pak Haji pada lagu Buta dan Percuma. Sepertinya lagu Buta ini satu-satunya lagu yang menggambarkan perasaan seorang tunanetra benar-benar menyentuh. Pada lagu Ingkar, Pak Haji mencoba bergaya nge-rap pada beberapa bagian syairnya. Lagu Kuraca mengingatkan saya pada lagu Dendang Riang yang dibawakan Pak Haji tahun 70-an bersama OM. Purnama. Terobosan Pak Haji bersama SONETA di album ini benar-benar berhasil dan hebat.
Album ini sempat dilarang diiklankan di TVRI, bahkan mulai pada saat itu Rhoma dan Soneta benar-benar diharamkan masuk TVRI meskipun hanya lewat iklan. Alasan tertulisnya tidak pernah ada. Tetapi kemungkinan karena kemenangan PPP yang didukung Pak Haji atas Golkar di DKI Jakarta membuat merah muka para penguasa saat itu. Saya pernah membaca alasan yang sangat menggelikan yaitu karena dangdut dianggap bukan budaya nasional, bahkan menyuruh Pak Haji mengganti suara gendang dengan drum. Apakah musik Pop itu budaya Nasional, sehingga bisa bebas wara-wiri muncul di TVRI? Rhoma tetap tak bergeming, Soneta tetap eksis tanpa TVRI. Meskipun begitu Pak Haji sempat pula merilis Album Pop bertajuk Remaja dan Bulan dengan iringan Naviri Group.
Cover kaset album ini bergambar Pak Haji dan Rita S. berjaket kulit ketat saling menyandang guitar. Bagi yang jeli ternyata album ini diedarkan dengan dua macam gambar cover yang berbeda meskipun dengan nuansa dan pakaian yag sama.
Soneta Volume IX -Begadang- (II-Yukawi)
1. Begadang II (Rhoma Irama)
2. Bulan (Rita S.)
3. Terpaksa (Rhoma Irama)
4. Siapa (Rita S.)
5. Insya Allah (Rhoma Irama)
6. Tak Pernah (Rita S.)
7. Lelaki (Rhoma Irama)
8. Hayo (Rhoma Irama)
Sepertinya album ini dibuat berbarengan dengan Volume VIII, karena pada Volume VIII sudah tercatat lagu Hayo pada urutan terakhir tetapi dicoret dengan tinta hitam. Album ini bergambar foto Pak Haji saat tampil live show.
Soneta Volume X -Sahabat- (Yukawi)
1. Sahabat (Rhoma Irama)
2. Buaya (Rita S.)
3. Tersesat (Rhoma Irama)
4. Tak Sabar (Rita S.)
5. Takwa (Rhoma Irama)
6. Srigala Berbulu Domba (Rita S.)
Ternyata revolusi belum berakhir. Lewat Album ini Soneta kembali membuktikan keunggulannya dalam meramu musik Rock-Dangdut yang disebut Pak Haji sebagai Dynamic Dangdut. Perubahan terlihat jelas pada pukulan gendang H. Afif yang kini dilengkapi drum. Juga raungan Hammond dan Farfisa-nya H. Riswan pada lagu tersesat.
Album ini merupakan album volume terakhir Rita S. bergabung dengan SONETA, dan untuk selanjutnya ber-solo karir mendirikan Jackta Group bersama suaminya Jacky Zimah dan melambungkan hits Jacky.
Album ini bergambar Pak Haji menyandang gitar dalam dua frame yang bersambungan.
Soneta Volume XI -Indonesia- (Yukawi)
1. Indonesia (Rhoma Irama)
2. Sawan Kam Hina ((Rhoma Irama/Nandani)
3. Jangan Lagi (Nandani)
4. Takkan Lagi (Rhoma Irama)
5. Romantika (Rhoma Irama)
Album ini makin membuat merah telinga rezim korup Orde Baru. Korupsi dan kesenjangan sosial digarap habis-habisan pada lagu Indonesia. Sampai saat ini lagu Indonesia tetap aktual untuk dibawakan. “Yang kaya makin kaya… yang miskin makin miskin…” tetap terjadi sampai saat ini. Bisa dikatakan inilah lagu kritik sosial terbaik Pak Haji dan Soneta.
Untuk pertama kalinya album Soneta dimulai dengan sapaan Assalamualaykum kepada para penggemar. Album ini Pak Haji menggamit Nandani sebagai penyanyi tamu menggantikan Rita Sugiarto. Lagu Takkan Lagi diambil dari lagu film India yang berjudul sama yaitu Main Tulsi Tere Anggar Ki.
Untuk pertama kalinya pula side B diisi tetap dengan lagu-lagu Soneta setelah pada album-album sebelumnya Side B diisi oleh grup dangdut lain, seperti: Meggy Z, Ruston Nawawi, dll.
Album ini bercover foto Pak Haji berkaos kuning, menyandang gitar dengan latar bendera merah putih.
Soneta Volume XII -Renungan dalam Nada- (Yukawi)
1. Setetes Air Hina (Rhoma Irama)
2. Sebujur Bangkai (Rhoma Irama)
3. Qur’an dan Koran (Rhoma Irama)
4. Citra Cinta (Rhoma Irama)
5. Adu Domba (Rhoma Irama)
Untuk pertama kalinya memakai judul album yang tidak ada dalam deretan lagu. Dibuka dengan intro musik layaknya pertunjukan panggung drama. Pada album ini terdengar sekali gaya pukulan gendang H. Afif yang sangat berbeda dengan pukulan gendang grup dangdut lainnya. Soneta makin ekspresif di album ini. Pemilihan judul album sangat sesuai dengan syair-syair lagu yang sangat sarat nilai dakwah.
Pada album ini ada beberapa bafian bass yang dimainkan oleh Lucy Angoman, bassist Soneta Girl karena kebetulan H. Popong cidera tangan.
Cover album ini mengambil gambar dari satu scene adegan lagu Bimbang dalam film Sebuah Pengorbanan.
Soneta Volume XIII -Emansipasi Wanita?- (Soneta Record)
1. Emansipasi Wanita? (Rhoma Irama)
2. Modern (Rhoma Irama)
3. Nasib Bunga (Noer Halimah)
4. Lagi-lagi Cinta (Rhoma Irama)
5. Nilai Sehat (Rhoma Irama)
Album ini merupakan album pertama yang diproduksi sendiri oleh Pak Haji di bawah label Soneta Record yang mengambil alih Yukawi karena sudah tidak aktif lagi. Album ini membawa pencerahan baru bagi musik Soneta. Pak Haji memasukkan Brass Section yang diisi oleh Dadi, Farid dan Yanto pada saxofone, alto sax dan trompet. Penyanyi wanitanya pun pendatang baru yang diperkenalkan langsung dalam album ini, yaitu Nur Halimah untuk membawakan lagu manis, Nasib Bunga.
Sayangnya album spektakuler ini harus terkena imbas peceraian Pak Haji dengan Ibu Veronica yang sempat membuat banyak penggemar kecewa, bahkan ada beberapa yang membakar koleksi kaset-kaset Sonetanya (tapi akhirnya pada nyesel tuh!).
Album ini sangat kaya dalam aransemen musik dan kuat dalam syair lagu-lagunya. Pak Haji mengangkat tema Emansipasi yang belum pernah diangkat oleh musisi Indonesia sampai saat ini. Saya paling suka syair lagu Nilai Sehat, maknanya dalam sekali. Album ini sempat dirilis ulang tetapi dengan mengangkat lagu Modern sebagai judul utamanya.
Soneta Volume XIV -Judi- (Maa Record)
1. Judi (Rhoma Irama)
2. Dasi dan Gincu (Rhoma Irama/Riza Umami)
3. Penyakit Cinta (Riza Umami)
4. Hatimu Hatiku (Rhoma Irama/Riza Umami)
5. Roda Kehidupan (Rhoma Irama)
6. Harga Diri (Rhoma Irama)
Album ini adalah pecahan album soundtrack film Nada-nada Rindu yang keseluruhan berisi 8 lagu dan mungkin atas perhitungan bisnis dibagi menjadi dua album. Sejatinya album ini hanya berisi 2 lagu yang bukan soundtrack film yaitu Penyakit Cinta dan Harga Diri.
Untuk album ini Pak Haji kembali menggamit Riza Umami pada vokal pendamping. Memang secara power suara Riza Umami lebih kuat dibanding Nur Halimah yang sangat cocok untuk lagu-lagu slow/lembut.
Lagu Judi menjadi titik awal kemunculan kembali Soneta di TVRI setelah dicekal selama 11 tahun, sejak tahun 1977. Lagu Judi muncul pertama kali di TVRI pada tanggal 8 Mei 1988 pada acara Kamera Ria.
Soneta Volume XV -Gali Lobang Tutup Lobang- (MSC Record)
1. Gali Lobang Tutup Lobang (Rhoma Irama)
2. Ibu Kota (Rhoma Irama)
3. 1001 macam (Rhoma Irama)
4. Tergila-gila (Noer Halimah)
5. Masa depan (Rhoma Irama)
Walaupun sudah boleh muncul lagi di TV, tetapi album ini tidak pernah dipromosikan di tv, oleh karena itu tidak ada video klip album ini.
Album ini merupakan album terakhir bagi H. Wempy (rhythm guitar), salah seorang anggota awal Soneta yang mengundurkan diri dan kemudian membentuk OM. Rohata yang sempat melambungkan nama Ayu Soraya lewat album Cinta Berpayung Bulan. Selanjutnya posisi rhythm guitar diisi oleh Lukman.
Cover albumnya Pak Haji berjaket kulit coklat berselempang gitar.
Soneta Volume XVI -Bujangan- (MSC Record)
1. Bujangan (Rhoma Irama)
2. Terserah Kita (Rhoma Irama)
3. Janji itu Hutang (Noer Halimah)
4. Pesta Pasti Berakhir (Rhoma Irama)
5. Bencana (Rhoma Irama)
Album ini boleh dikatakan sebagai mini album, karena side A dan side B hanya berisi 5 lagu tersebut (3 di side A dan 2 di side B). Untuk promosi di tv ditampilkan lagu Bujangan yang di-shoot di Studio Soneta Record.
Lagu Pesta Pasti Berakhir sempat dipromosikan pada acara Titian Muhibah kerjsama TVRI dan RTM Malaysia. Cover album bergambar close-up wajah Pak Haji tanpa guitarnya.
Inilah album terakhir Rhoma Irama dan Soneta yang berisi sedikitnya 5 lagu baru, karena selanjutnya dan sampai saat ini Pak Haji hanya merilis album-album single yang hanya berisi 1 lagu baru dan selebihnya lagu-lagu yang sudah pernah dirilis sebelumnya.